Tenggarong,

Suasana Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIA Tenggarong tampak berbeda. Di ruang bimbingan kerja, deretan warga binaan terlihat tekun merangkai manik, menyulam tumpar, dan merajut benang menjadi aneka produk kerajinan tangan yang indah. Kegiatan ini bukan sekadar pengisi waktu, tetapi bagian dari upaya nyata Lapas dalam mendukung 13 Program Akselerasi Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan, khususnya dalam hal pemberdayaan warga binaan dan pengembangan produk UMKM.
Kepala Lapas Perempuan Kelas IIA Tenggarong Riva Dilyanti, menyampaikan bahwa kegiatan handycraft ini merupakan bentuk pembinaan kemandirian yang bertujuan menyiapkan warga binaan agar memiliki keterampilan produktif setelah bebas nanti.
“Kami ingin memberikan bekal nyata bagi warga binaan. Melalui kegiatan membuat manik, sulam tumpar, dan merajut ini, mereka bisa mengasah kreativitas sekaligus menumbuhkan semangat untuk mandiri secara ekonomi, ” ujarnya.
Produk-produk yang dihasilkan pun tak kalah menarik. Mulai dari tas rajut, dompet manik, hingga hiasan rumah berbahan tumpar — semuanya dibuat dengan ketelitian dan sentuhan seni khas tangan perempuan. Sejumlah karya bahkan telah dipasarkan melalui pameran hasil karya warga binaan dan platform daring bekerja sama dengan pihak ketiga.
Lapas Perempuan Kelas IIA Tenggarong terus berinovasi dalam menciptakan ruang pembinaan yang inspiratif dan berkelanjutan. Karya para warga binaan menjadi bukti bahwa dari balik jeruji, benang-benang harapan tetap bisa dirajut menjadi masa depan yang lebih baik.

Alfian Hidayat